Hari Ibu yang tidak sekedar ucapan atau status sosmed sebuah renungan untuk saya

Setiap tanggal 22 Desember sudah pasti di negara kita tradisinya adalah mengucapkan hari ibu kepada Ibu orang yang secara biologis melahirkan kita semua. Kemaren tanggal 22 Desember 2015 di kontak BBM, WA ataupun status FB teman2 banyak yang mengucapkan hari Ibu, memajang foto Ibu, Bunda, Mama, Mami ataupun Umi nama panggilan untuk Ibu kandung kita. Yap kebanyakan di hari Ibu para Ibu bersuka cita karena mendapat pesan cinta dari anak anaknya, karena yang biasa tidak telepon ataupun tidak berkunjung ke rumah Ortunya karena kesibukan masing2 anak yang tidak bisa ditinggalkan. Akhirnya karena tanggal itu ditetapkan sebagai hari Ibu nasional oleh pemerintah akhirnya beramai ramailah kita memperingati hari Ibu.
         
Penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Bahkan, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 22 Desember ini sebagai Hari Ibu melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959. Hal itu karena diinspirasi oleh M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutia, R.A Kartini, Walanda Maramis, Dewi sartika, Nyai Ahmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said. Mereka adalah nama2 pahlawan wanita nasional yang ikut berperan serta dalam perjuangan kemerdelaam bangsa dari tangan penjajag. 

Saya yakin pasti nama2 mereka banyak yang tidak familiar oleh anak sekolah sekarang, karena memang tayangan TV nasional yang tidak mendukung juga(Saya ingin sekali membahasnya secara terpisah karena memang membuat keresahan dalam benak saya seorang ibu dari 2 anak lelaki dan juga sebagai guru PAUD). Padahal dulu jaman saya masih Sd tahun 1990an (wow seperti tuir banget ya kesannya secara sekarang sudah tahun 2000an) diniding tembok kelas sekolah selalu dihiasi dengan gambar2 pahlawan nasional, jadi ketika kita melihatnya sudah pasti langsung terekam langsung di memori wajah dan juga namanya.

Kembali lagi pada bahasan kita perihal hari Ibu. Padahal sejatinya hari Ibu haruslah terus senantiasa kita rayakan setiap hari untuk menghormati Ibu sebagai orang tua yang telah berkorban buat kita anak2nya, Ibu yang tiada lelah berjuang untuk apapun demi kebaikan dan cita2 anaknya. Dulu di saat masih remaja, saya berfikir kenapa seorang Ibu mayoritas banyak yang "bawel, suka marah2, galak dan suka tidak sabar menghadapi anaknya" setelah menginjak dewasa dan akhirnya dinikahi oleh adik tetangga saya yang setiap setahun sekali berkunjung ke rumah kakaknya(baca:kakak ipar) di Malang hingga akhirnya hamil dan melahirkan disitu saya baru tahu ternyata menjadi seorang Ibu tidaklah semudah dan seenak tayangan sinteron. Ketika Allah menitipkan amanah anak kepada kita manusia, terutama kaum hawa diminta untuk sabar dan memiliki jiwa yang kuat, dan berprinsip dalam mendidik anaknya.
          
Bahkan untuk mengajari hal2 sepele pada anak yang tujuannya membentuk anak untuk berakhlak baik tidak sekedar nasehat, ucapan atau perintah yang keluar dari bibirnya. Namanya Ibu pasti akan memberikan contoh secara langsung dan akan tetap mengajarkan sampai anaknya itu benar2 paham dan mengerti dengan apa yang dimaksud oleh ibunya. Misal ketika anak belajar makan, memakai pakaian, mandi, membaca,makan minum sambil duduk, tidak berteriak2 bahkan mengajari cara cebok sekalipun tidak ragu dilakukannya dengan tujuan anak menjadi mandiri. 

Supaya kita para anaknya akan paham. Itulah hebatnya seorang Ibu, banyak kejadian di luar sana yang membuat kita berdecak kagum pada makhluk yang namanya wanita. Pasti kita pernah  mendengar kisah2 dramatis dan inspiratif seorang Ibu dari Palembang yang notabene seorang single parent karena suaminya meninggal bisa menjadikan 10 anaknya dari 12 orang  menjadi dokter. Ada yang menjadi  dokter Spesialis Urologi, Spesialis Orthopedi, Spesialis Kardiovaskuler, Spesialis anak, dokter gigi, dokter umum sampai beliau mendapatkan penghargaan dari Muri dengan gelar profesi dokter terbanyak dalam satu keluarga.

Bahkan di luar sana banyak ibu yang kita lihat sambil berjuang mencari nafkah dengan mengajak anaknya, mulai dari menggendongnya dengan berjualan, menaruh anaknya dalam gerobak pemulung, menggendong anaknya sambil memanen hasil tani dan banyak lagi ibu yang tetap membawa anaknya sambil bekerja bahkan teman seperjuangan saya di Paud Kutilang pun (colek Bu Eka) membawa Nuha si mungil setiap masuk kerja hehe selama waktu mengajar dipegang dulu oleh ibu2 wali murid di luar dan untungnya anakya tidak rewel karena sudah terbiasa dengan aktivitas Ibunya.
         
Salut dan hormat harus tetap kita berikan pda makhluk Allah yang bernama wanita terutama Ibu kandung kita yang tanpa lelah menjadi guru, tukang ojek, psikolog, manager keuangan, sekretaris, ART, kepala rumah tangga,  tukang, koki bahkan sebagai tulang punggung sekalipun semua tugas dilakoninya dengan senang tanpa mengeluh dan tanpa pamrih sebagai rasa sayang dan tulus pada anak2nya. 

Pantaslah dan wajar saya menilai bahwa pemerintah patut memberikan penghargaan satu hari kepada seluruh wanita Indonesia yang bernama Ibu karena pengorbanan yang luar biasa hebatnya. Pencanangan hari Ibu saya rasa sebagai salah satu simbolis penghargaan saja betapa jasanya sangatlah kita harapkan untuk terciptanya generasi penerus bangsa yang berakhlak dan berbudi pekerti yang luhur. Mengajarkan arti hidup dengan kesederhanaan, mengajarkan sopan santun dan membantu bakat anaknya yang terpendam untuk dimunculkan sebagai prestasi anaknya.

Seorang presiden sekalipun juga dilahirkan oleh seorang Ibu, sampai suami saya pernah bilang "Berbanggalah Bun, sebagai Ibu Rumah Tangga saya tidak pernah malu mempunyai istri seorang IRT karena banyak orang2 sukses disana yang anaknya menjadi pengusaha, pejabat atau tokoh besar sekalipun". (Wow... membuat saya tersenyum bangga hehe) Menjadi seorang Ibu adalah suatu keharusan ketika dalam Rahim kami para wanita sudah ditiupkan roh janin yang akan menemani hari2 kita kelak. 

Pengorbanan Ibu tidaklah cukup dengan memanjakannya, menemaninya, menyayanginya, menghormatinya hanya di hari Ibu saja tanggal 22 Desember tetapi juga setiap hari haruslah kita senantiasa selalu berbakti secara maksimal kepada Ibu kita. Sepertinya sebanyak apapun yang kita berikan pada Ibu sangatlah kurang, kurang dan akan selalu kurang untuk membalas semua jasanya (ngetik sambil netes nih air mata, membayangkan wajah Ibu di Malang yang sudah sering saya abaikan karena kesibukan yang entah kapan akan berhenti)

Bahan Blog Febrianty Rachma
Ibu yang didampingi Ayah, sosok orang tua hebat di mata kami
Ibu yang tidak kecewa dengan keputusan saya untuk menjadi seorang IRT walaupun anaknya lulus menjadi SH dari sebuah PTN besar di kota Malang, Ibu yang selalu berbakti dan taat pada Ayah saya yang merupakan pensiunan salah satu BUMN. Ibu yang selalu bangga kepada anak2nya walaupun anaknya suka membuat sakit hati baik dengan ucapan atau tingkah lakunya, Ibu yang selalu bisa menerima curhat anak2nya tanpa bermaksud menggurui, Ibu yang selalu bisa menjadi seorang sahabat, Ibu yang selalu menyejukkan hati dengan nasehat2nya terutama dalam hal rumah tangga untuk kebaikan anak2 saya.

Ibu yang berusaha menyimpan air matanya untuk membuat anaknya tegar, sabar dan kuat. Ibu yang bisa memberikan contoh teladan bagi kami ber5 anak2nya. Ibu yang bisa menjadi pelindung bagi kami anak2nya. Ibu yang selalu menasehati kami ber3 anak perempuannya untuk patuh, bakti dan nurut pada suami sesuai ajaran Islam,  Ibu yang sangat mengajari kami untuk menghormati siapapun tamu yang masuk dan datang ke rumah kita, Ibu yang menjadi penengah di saat kami ber5 terkadang berbeda pendapat dalam suatu hal.

Ibu yang mau mengorbankan waktunya di subuh hari untuk menyapu dan membersihkan bagian samping rumah yang lumayan besar untuk dijadikan TK bagi warga sekitar dengan bayaran spp yang minim sekali untuk membayar 5 orang gurunya dan biaya operasional TKnya, Ibu yang juga seorang guru SMK Negri 1 Singosari Malang yang 2 bulan lagi akan memasuki usia pensiun yang menunjukkan semakin senjanya usia Ibu saya. Ibu yang selalu mengingatkan anak cucunya untuk tidak meninggalkan sholat karena selalu berpesan amalan yang akan dihisab pertama kali adalah sholat kelak ketika kita di alam kubur. 

Ibu yang tidak begitu suka bila kami anak2nya mengajak makan di luar dengan alasan "uangnya bisa kalian simpan dan bisa diberikan untuk makan orang miskin di luar sana". Ibu yang selalu mengajarkan artinya hidup kesederhanaan. Ibu yang senantiasa sabar menunggu kedatangan anaknya yang 1 tahun sekali (4 orang dari 5 anaknya tinggal di luar kota mengikuti pasangan masing2). Semakin saya menuliskan semua, semakin deras air mata saya mengalir ketika menulis ini, mengingat guratan di wajah Ibu saya.

Ibu yang tidak pernah membedakan antara menantu dan anak kandungnya, Ibu yang menyayangi menantu lelaki dan menanti perempuannya dengan kasih sayang yang sama dengan tanpa pembedaan. Ibu yang tidak pernah membanding2 kan dan selalu mengajarkan syukur atas rahmatnya. Ibu yang dimata saudara2nya berhasil menggiring ke 5 anaknya menjadi orang yang sukses. 

Terbukti pada pernikahan adek saya yang bungsu Orang tua saya tidak ikut tahu menahu dalam hal pembiayaan pesta resepsi pedang pora adek saya yang dilakukan di gedung Skodam V Malang dengan menggunakan jasa catering nomer 1 di Malang dengan menyewa hotel Tugu sehari sebelumnya. Karena kami ber4 bahu membahu untuk bekerjasama dalam pelaksaan acara tersebut. Kenapa kami bisa begitu? Karena semua didikan Ibu yang selalu menanamkan kebersamaan, kasih sayang, saling menyayangi satu sama lain sejak kecil. Tak jarang Ibu berpesan pada kami anak2nya "janganlah kalian saling bermusuhan terlebih lagi ketika kami orang tuamu sudah meninggal" Kakak harus menyayangi dan melindungi adek, dan adeknya juga harus bisa nurut dan tidak merasa semaunya sendiri kepada kakaknya"

Foto keluarga 5 jari family
5 Jari Family, nama sayang untuk keluarga saya. Hasil didikan Ibu yang Hebat.
No 1 dan 2 kakak lelaki saya, sedangkan nomor 3,4,5 adalah kami ber3 anak perempuan
Dan apabila dijabarkan pasti banyak lagi harapan, kesan, ungkapan, doa dan impian kita kepada orang tua khususnya seorang Ibu. Pantaslah kalo surga ada di bawah telapak kaki ibu, mengingat perjuangannya untuk kami semua anak2mu. Dari tidak bisa apa2 menjadi bisa apa2, dari belum mengerti apa2 menjadi tahu banyak hal. Dari bayi sampai sekarang saya menjadi seorang Istri dari Imam Nurhadi salah satu PNS Bappeda kota Tangerang. Ibu.... cinta dan sayangku padamu tidaklah ada dalam tanggal 22 desember ini saja, setiap hari dalam doa sholatku selalu engkau senantiasa mengajarkan doa orang tua yang terbiasa kami baca dari kami pertama mengenal huruf hijaiyah, sehingga sangat melekat dalam ingatan smpai detik ini untuk selalu mendoakan orangtua setelah sholat fardhu. 

Tidak jarang ketika mendengarkan lagu Bunda Melly Goeslaw ataupun lagu Fadlan Feat Haddad Alwi yang berjudul Ibu air mata saya tidak terbendung lagi mengingat jasa2nya kebaikan, kasih sayangnya dan kebandelan saya ketika masih anak2. Dan saya yakin sampai kapanpun dan dengan apapun saya tidak akan bisa membalas jasa Ibu. Terimakasih kami untuk Ibu hebat yang menjadikan anak2nya kuat.We love u dihari ini, kemaren, lusa dan sampai kapanpun juga. Restui kami untuk selalu menjadi keluarga samara di jalanNya. Doaku juga untuk Ibu semoga senantiasa sehat dan berkah di dalam setiap kehidupannya.
    

foto keluarga besar
Dari 5 anaknya sekarang sudah lahir 7 cucunya.
Tiada lelah dan tiada hilang kesabarannya untuk tetap mendidik kami semua anak2nya