Ada Cerita di Balik Panasnya Tuban



 Keseruan Sowan Ustad Kamar (tulisanfebri312)

LEBARAN ADALAH MOMENT PENTING SILATURAHMI

Sebagai wali santri selama hampir 2 tahun membuat saya memiliki keluarga baru, mau tidak mau saya harus menyesuaikan dengan mas Gavino yang mondok di sekolah pilihan kami yaitu Sekolah Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo.  Di sekolah itulah, setiap muridnya wajib nyantri dan tinggal di asrama yang telah disiapkan. Alhamdulilah anaknya juga mau dan nurut dengan keinginan saya dan suami. Nah di kamar yang kini (kelas 9) bernama M.Bahri inilah, mas Gavino diasuh dan dibina oleh seorang ustad pendamping yang disebut Murobih. 

Murobih bertugas untuk menjaga dan mengawasi pergerakan santri supaya tetap sesuai dengan arahan dan aturan dari asrama tempatnya tinggal. Ustad Burhan sudah seperti ayah bagi mas Gavino dan 15 santri lainnya yang berada dalam 1 kamar. Susah dan senang mereka lewati bersama selama 24 jam penuh, sudah selayaknya saudara. Makanya sebagai wali santri (walsan) saya pun turut bahagia dengan pencapaian-pencapaian anak sulung yang menunjukkan prestasinya di sekolah, tentunya tak lepas dari ustad Burhan selaku "ayah" di sana.

Alhamdulilah lebaran tahun ini, menjadi moment berkesan bagi kami karena berhasil menjalankan rencana atas ajakan Bunda Rafa selaku bendahara walsan untuk silaturahmi ke rumah Ustad Burhan di Tuban. Lebaran juga menjadi kesempatan untuk umat muslim saling berkunjung dan bersilaturahmi dengan penuh suka cita dan kebahagiaan.  

Dari 16 santri, hanya 9 orang santri yang berkesempatan  ikut. Tujuh orang walsan  berhalangan dan sudah memiliki urusan lainnya. Rencana ini sudah tercetus sejak Ramadan lalu sehingga tanggal 1 Mei sebagai hari libur nasional (hari buruh) dijadikan tanggal pelaksanaan perjalanan kami. 

CERITA SEPUTAR PERSIAPAN ACARA

Tuban, baru dengar namanya saja, sudah terbayang ya bagaimana panasnya kota yang memiliki pandangan khas dengan banyak pantainya di sepanjang perjalanan ini. Acara pun kami susun dengan baik. Saya selaku koordinator membagi tugas dengan 3 walsan lainnya. Ada yang menjadi bendahara, PIC mantai dan juga PIC Konsumsi. Sementara saya sendiri bertugas menjadi koordinator acara dan juga transportasi. 

Tentunya rombongan kali ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, semua rencana sudah harus  tersusun dengan baik tanpa ada yang kurang.  Berikut persiapan acara yang kami susun untuk membantu terlaksananya acara. Semoga bisa menginspirasi teman-teman  yang juga akan mengadakan acara bepergian serupa ya. 

  1. Membuat list peserta, untuk memudahkan menghitung anggaran biaya per pax
  2. Membentuk panitia acara sesuai dengan kebutuhan, supaya setiap divisi ada PIC masing-masing sehingga akan terasa lebih ringan. Supaya lebih gampang, saya buatkan WAG khusus panitia untuk kordinasi. 
  3. Meeting melalui zoom online yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan bahasan  kegiatan. Untuk acara ini saya mengajak teman-teman walsan lain untuk meeting zoom selama 2x. Masing-masing membahas prepare acara dan pematangan agenda.
  4. Membuat flyer dan rundown acara sekaligus biaya yang dibebankan kepada calon peserta 
  5. Melakukan job desc masing-masing, termasuk dadakan nyari bus ukuran medium huhu. Gimana tidak, Senin subuh harus berangkat, Sabtu malam saya masih kelayapan nongkrongin grup FB untuk mencari unit bus. Secara high session lebaran biasanya banyak permintaan, sehingga sedikit menyulitkan pencarian. Alhamdulilah dapat dengan garasi dari Kediri. 
  6. Koordinasi di grup panitia dengan intens sebelum keberangkatan untuk memantau kelengkapan kebutuhan acara
  7. Meminta nomor driver kepada marketing bus, untuk memudahkan kordinasi sebelum berangkat
HARI SOWAN USTAD PUN TIBA
Hari menunjukkan pukul 03.00 WIB. Saya pun terpaksa mandi dalam dinginnya Malang. Disusul oleh mas Gavino dengan muka tanpa senyum haha. Bus carteran yang saya dapatkan dadakan itu telah menunggu di depan Rest Area Karangploso yang jaraknya hanya 120 meter saja dari rumah ayah saya yang sangat strategis ini. 

Pukul 04.00 WIB bus bergerak dari Karangploso menuju tol Karanglo dengan tujuan ke Sidoarjo. Jangan ditanya bagaimana dinginnya Malang di dalam balutan AC bus yang menusuk kulit. Bus kami bergerak menuju tol Porong dan keluar dari tol Porong untuk menjemput Bunda Firdaus bersama Firdaus, Papa dan juga adiknya. 

Sampai sekolah sebagai meeting point, bus pun bergerak menuju Tuban hanya meleset setengah jam dari rundown yang saya buat.  Pukul 06.00 bus pun meninggalkan halaman sekolah dan menuju Gresik sebagai titik jemput Fahri dan mamanya. Alhamdulilah formasi lengkap, segera berangkat menuju Tuban yeayy. 

TUBAN, KAMI DATANG 
Tuban, baru mendengar namanya saja sudah terbayang bagaimana panasnya daerah yang terkenal dengan makanan Kari Rajungan. Terletak di daerah Pantura, sehingga banyak pantai yang akan kita lewati jika menyusuri kabupaten Tuban. Perjalanan panjang ini kami tempuh selama kurang lebih 3 jam dari Sidoarjo. 

Tak terbayangkan, bagaimana panasnya Ustad Burhan saat harus melakukan perjalanan pulang 1 bulan sekali dengan naik motor pribadinya bersama salah satu Ustad kamar lainnya. Saya saja yang menempuh perjalanan menggunakan bus sudah merasakan kegerahan yang luar biasa, meski di bawah desiran AC. 

Akhirnya, sampai juga di rumah Ustad Burhan "ayah" bagi anak-anak kami. Sampai sana sudah ada Bunda Ibra yang datang bersama suami dan Ibra dengan membawa kendaraan sendiri dari Mojokerto. Suasana pedesaan sangat terasa dalam penuh kesederhanaan dan kekeluargaan. Bangunan khas desa yang menjadi pemandangan tak biasa bagi saya tentunya menjadi hal unik yang saya temui pada perjalanan kali ini. 

Karena masuk gang hanya bisa 1 kendaraan saja, jadi bus kami parkir di pinggir jalan yang akhirnya dibawa masuk sedikit oleh pak supir dengan nebeng parkir di halaman rumah orang. Untuk sampai rumah Ustad Burhan, kami harus berjalan kaki menyusuri gang dengan menenteng oleh-oleh khas daerah asal walsan masing-masing.   Ada pula 2 sapi tetangga yang menjadi suguhan pemandangan menyambut pagi kami di Tuban jam 10. 00 WIB itu. 

Untuk para bunda-bunda duduk di bagian dalam rumah, sementara para ayah duduk di teras depan. Santri pun membentuk barisan sendiri dan langsung diminta berjalan ke samping rumah yang ternyata adalah rumah orang tuas Ustad Burhan. Ada PS yang tersusun rapi dimeja, untuk mereka bermain. Lagi-lagi anak-anak dimanjakan dengan dunianya oleh ayah kamar yang mendampingi belajarnya ini. 

Segala persiapan telah dilakukan dengan maksimal. Ada makanan ringan berupa camilan dan juga minuman es yang menyambut kami. Tak lama, suara piring beradu di dapur menandakan kami akan disuguhkan hidangan makanan berat oleh istri dan juga  anggota keluarga Ustad Burhan yang menyambut kami dengan penuh senyum dan rasa bahagia. 

Benar saja, dalam suasana lesehan di ruang tamu. Makanan berat beraneka rupa pun siap menjadi teman makan siang kami. Alhamdulilah bisa menikmati makanan khas Tuban seperti nasi putih, oseng cumi hitam, soto ayam, santan ikan tongkol, es sirup, air putih dan masakan lain yang saya tak tahu namanya. Lengkap banget hidangan siang itu, kami menikmati dalam suasana kekeluargaan karena memang jarang bertemu disebabkan jadwal sambangan yang berbeda-beda. 

Tidak berasa, adzan Dhuhur pun berkumandang tandanya saya harus segera mengakhiri kegiatan makan dan makan karena waktu sholat telah tiba. Musholla hanya berajarak beberapa langkah ke atas dari rumah Ustad Burhan yang posisi tekstur tanahnya turun. Mas Gavino bersama teman santri lainnya langsung bergegas untuk sholat Dzuhur dan lanjut Ashar dengan jama' untuk memudahkan ibadah wajib di perjalanan kali ini. 

Setelah sholat, kami pun bersiap untuk berpamitan. Sebelumnya saya menyerahkan oleh-oleh yang menjadi bawaan kami, dan juga amplop sebagai tanda kasih kami kepada orang yang tulus menjaga dan mendidik anak kami seperti anaknya sendiri. Tak lupa saya meminta Ustad Burhan untuk membaca doa agar kami semua selamat sampai perjalanan pulang dan juga anak-anak menjadi anak yang sholeh dan sehat selalu. Dilanjutkan dengan sesi pemotretan foto bersama yang menjadi puncak dari sowan kali ini. 

Well ga berasa, jam kunjungan sesuai rundown adalah 3 jam dan berhasil kami lalui dengan penuh rasa bahagia dengan saling berbagi cerita seputar asrama dengan ayah 2 anak ini. Setelah berpamitan, kami pun menuju destinasi berikutnya yaitu Pantai Semilir yang letaknya searah dengan arah kepulangan kami menuju Sekolah Progresif Bumi Shalawat sebagai meeting point terakhir. 

Terima kasih Ustad Burhan dan keluarga yang telah memberikan sambutan hangat dan pelayanan yang luar biasa. Tuban pun dapat kami rasakan dengan segala kebaikan dalam kegerahannya. Semoga silaturahmi ini membawa keberkahan sendiri dan juga hikmah untuk saling mengeratkan hubungan antara Ustad dengan walsan, walsan dengan sesama walsan dan juga Ustad dengan santri asuhannya. 

***

Artikel ke 34 setoran minggu pertama bulan Mei 2023 WAG Blogger Indonesia Traveller Batch 2