Kepercayaan Yang Tergadai

 

Tulisanfebri241

Jujur saya adalah orang yang paling sulit untuk menolak saat ada orang lain datang dengan baik dan meminta tolong terlebih lagi dalam masalah keuangan. Iya apalagi di jaman now orang datang ke kita selain minta tolong dalam masalah keuangan. Dianggapnya saya dan suami adalah pasangan berkecukupan. Mengingat suami punya gaji bulanan dari status PNS Bappeda Kota Tangerangnya. 

Well tapi di dalamnya bagaimana, kan mereka jug tidak akan paham. Terbukti setiap kami pulang kampung, banyak anggota keluarga besar berharap akan pemberian sesuatu dari kami. Sedih jika tidak bisa memberikan sedikit dari rejeki yang kami miliki untuk mereka. 

KETIKA KEPERCAYAAN TERGADAI

Sebagai manusia yang punya banyak kebutuhan tidak memungkiri jika terkadang kebutuhan itu tidak bisa dipenuhi dalam waktu yang bersamaan. Alhasil dibutuhkan bantuan dari pihak lain (pemberi pinjaman) 

Ya...saya dan suami sebagai pemberi pinjaman lebih tepatnya. Terkadang saya berpikir, bukannya hidup kami berkecukupan atau kami tak punya beban angsuran ke bank. Noooo kami pun salah satu dari berjuta pasangan keluarga PNS Indonesia yang juga ikuta menyekolahkan SK pegawai di bank pemberi gaji. 

Hanya saja, kami selalu berusaha untuk membantu orang lain sesuai dengan apa yang kami bisa. Karena kami yakin dengan memudahkan urusan orang lain maka urusan kamipun akan dimudahkan Nya. 

Kalau kalian baca tulisan saya ini adalah tulisan bernada kesal..iyaaaa saya memang kesal pagi ini dan biarkan tulisan ini menjadi pelajaran buat teman-teman yang dengan mudah berkata "pinjam uang" pada orang lain yang telah mempercayainya penuh tanpa ada perasaan buruk sedikit pun. 

Status single mom karena divorce, dengan 2 anak lelaki membuat saya iba. Mengingat ibunya suka saya repotin dengan bayi kecil Devina yang terkadang nitip seharian saat saya ada pekerjaan atau kegiatan yang tidak bisa saya tinggalkan. 

Terlebih jika alasannya adalah untuk pendidikan, saya pun pasti akan membantu semaksimal mungkin yang saya miliki. Nominal uang tiga juta pun diwajibkan sebagai persyaratan anak pertamanya masuk sekolah di jenjang baru SMK. 

"Mbak, kalau uang untuk keseharian saya ada. Tapi kalau uang simpenan nganggur ga punya. Apalagi saya baru saja daftar ulang sekolah 2 bocah. Barengan nih tutup saya via telpon" 

Selepas telpon, saya pun melakukan aktivitas seperti biasa. Mandi, ganti baju dan merapikan wajah dan rambut di depan cermin. "Well kenapa tidak kamu saja yang bantu aku kali ini" ucap saya pada benda kuning yang melingkar di leher. 

Meskipun tak berat, namun nominalnya sangat dibutuhkan oleh anak ibu asuh yang sudah saya angga seperti saudara. Akhirnya saat ybs telpon menanyakan kesediaan saya dalam meminjami uang yang dia butuhkan saya pun mengiyakan dengan melepas kalung pemberian ayah saya saat beliau pensiun dini dari PT Telkom tempatnya mengais rejeki dulu. 

Saya bilang jangan sampai telat nebusnya, cicilan tiap bulan harus dibayar. Bodohnya saya adalah tidak mengecek status pembayaran via HP atau pun foto tanda bukti bayar nya tiap bulan. 

Akhirnya pagi ini, 9 November 2020 tepat di saat saya meminta tanda bukti gadai barangnya....jrenggggggg ternyata jatuh tempo di hari yang sama. Sembilan November 2020 kalung yang sudah melingkar di leher beberapa tahun pun akan menunggu nasibnya dengan segera. 

OMG apalagi ini, ketika kepercayaan yang saya berikan tergadai begitu saja. Saat hubungan kami pun sudah melebihi saudara sepupu sesungguhnya. Istighfar dan banyak baca sholawat pun tak henti terucap untuk menenangkan batin saya. 

Yang mahal adalah nilai historis dari kalung itu, saat Ayah memutuskan untuk ikut program pensiun dini demi menyekolahkan Adek bungsu yang sekarang bergelar drg dan menjadi alumni dari kampus kedokteran gigi Trisakti di Jakarta.

Terus nasib kalungny bagaimana Feb? Entahlah saya pun sedang resah menanti kabar baik melalui WA. 

Pelajaran hari ini adalah jangan mudah percaya pada orang begitu saja. Terlebih jika menyangkut masalah uang. Apalah nasib saya yang jika punya hutang pada orang lain pasti dengan sigap melunasi dan mengusahakan semaksimal mungkin. 

Pantaslah jika dalam Islam menyebutkan bahwa sungguh sangat wajib orang membayar hutang. Berhutang itu berat hukum nya dan akan dibawa sampai ke liang lahat. 

Saya pun jadi ingat, saat ada saudara yang dengan mudahnya menerima transferan 100 juta dari rek suami dengan menjajikan waktu 6 bulan saja. Well hingga 6 tahun berjalan seolah tak ada tanda akan ikut membayar cicilan tiap bulan. Apa karena kami kurang galak menagihnya?? Nooo bukan karakter kami dan ada hati orangtua yang harus dijaga.

Ataupun sisa uang 10 juta yang ngendon di saudara lainnya dengan alasan ini itu sehingga belum juga kembali meskipun dalam hati gatal karena lihat istrinya bolak balik foto ootd dengan outfit dan tas yang berganti ganti. Pun dengan gelang yang terangkai manis dalam tumpukan tipis di tangannya. 

Belum lagi uang recehan yang nominalnya di bawah 2 juta yang nyangkut di teman atau keluarga lainnya. Ahhh bodohnya saya, tapi tetap saya dan suami pun akan menunggu pembayaran hutang mereka dalam untaian doa dan harapan sampai kapanpun. 

Sooooo please buat kalian yang sudah mendapat kepercayaan, jaga dengan baik kepercayaan orang yang sangat mempercayai kalian. Karena kepercayaan itu mahal harganya bahkan harga diri kita pun ikut tergadai di dalamnya. 

Usahakan menepati janji dengan sebaik mungkin, jikalau memang kalian belum bisa memenuhi nya. Paling tidak dengan mengucapkan salam permohonan maaf untuk menunjukan bahwa kalian masih bisa bertanggung jawab dan berusaha memenuhi kewajiban tersebut. 

Makanya kami berdua pun sekarang memilih aman dari trauma pinjam meminjam dengan memberikan sedikit rejeki yang kami punya tanpa memenuhi kebutuhan nya. Jadi cukup dengan meminta maaf dan memberikan bukti transfer sekedarnya untuk mengantisipasi hal hal menyakitkan begini. 

Jadi, jangan gadaikan kepercayaan yang telah kalian miliki dari orang lain dengan sikap bodoh yang tidak bertanggung jawab ya gaess.. sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kita perbuat.