Akhirnya, 2 Jagoan Bunda Sudah Sunat (Bagian 1)



BAHAGIA, itulah yang saya rasakan saat mas Gav dan adek Jo sudah sunat berbarengan dan tanpa rencana. Iya awalnya karena mas Gav ikut kami mudik ke Malang dan tidak mau diajak pulang karena liburannya belum usai.

Kemudian ide sunat ini berawal dari Yangti  (Ibu saya) yang menginginkan cucu aktif nya ini disunat mengingat mas Gav berbadan besar juga biar sholatnya makin rajin kata Yangti. Apalagi mumpung masih libur panjang sekolah.

Kebetulan juga, ada arisan keluarga besar Yangti yang juga akan terlaksana hari Minggu, tanggal 8 Juli 2018. Yapp, antara Iya dan Tidak tapi akhirnya saya dan suami memutuskan IYA setelah suami mendengar langsung telpon dari Yangkung (Ayah saya) yang tetap menginginkan cucunya sunat demi kebaikannya. 

Iyalah ya, secara sekarang atau nanti tetap akan disunat dan wajib mengikuti perintah Allah SWT sesuai dengan agama kami.

DRAMA PUN DIMULAI
Hari Rabu tepatnya tanggal 4 Juni 2018, saya bertolak dari bandara Sukarno Hatta ke Malang bersama adek Jo. Berdua saja, dengan mampir tidur di rumah ibu mertua di Pasuruan sehari semalam. Sekaligus meminta doa restu pada khitan cucunya yang akan disunat hari Kamis sore. 

Waktu pun tiba, tepat pukul 16.30 pak Agus seorang Mantri. Pastinya, pak Agus telah berpengalaman puluhan kali mengkhitan anak itupun datang sesuai dengan waktu yang dijanjikan. Dari usia balita, sampai lelaki dewasa (karena Muallaf ya, bukan karena telat sunatnya 😆) pun sudah pernah "dihajar jarum suntiknya" Yaaa, beliau adalah teman dari tante Nenik. Adek kandungnya Yangti yang menjadi kepala perawat kamar di  RSUD Syaiful Anwar Malang. 

Adek Jo dan Ayah Yang Menikmati Karaoke Hari Itu
Karena, saya yakin mas Gav ditangani oleh orang yang tepat. Maka sudah tidak ada keraguan dalam hati. Yang saya pikir, mas Gav mau tidak mau harus SUNAT TITIK. 

Awalnya, banyak pertanyaan yang keluar dari mulut kecilnya, rasa ketakutan luar biasa membuat Mas Gav berteriak teriak dan khawatir sakit akan jarum suntik itu akan dideritanya. 

Pelan-pelan kami pun membujuknya. Iya, ada 6 orang yang berusaha membantu proses khitan anak pertama saya berusia 9 tahun ini. Ada saya bersama mbak Tatik (kakak Ipar), ada tante Nenik, mas Soni (kakak saya), Yangti di bagian bawah  dan pastinya pak Agus yang terlihat berkeringat karena aktifnya mas Gav dalam memberontak. 
Proses Khitan Gavino Yang Penuh Drama, Bertepatan Dengan Listrik Mati
Dibersihkan, itulah yang menjadi tahapan awal dalam proses khitan dengan metode laser ini, setelah itu dimasukkan obat oral melalui dubur untuk membantu menahan rasa sakit. Dan ini dia tindakan selanjutnya yaitu 2 suntikan bius di bagian testis kanan dan kiri. Sebenarnya metode sunat smart klamp juga lagi happening ya, namun saya lebih memilih metode jadul dengan sunat laser biasa saja, mengingat saya yakin pak Agus sudah berpengalaman dalam melakukan tindakan khitan, yang memang wajib dilakukan sebagai bentuk ibadah untuk orang muslim ini.

Huaaaa sedih rasanya, saat mas Gav harus berteriak teriak karena memiliki rasa takut yang luar biasa didramatisir. "Kasihan pak Agus" batin saya saat itu karena sudah hampir 1 jam belum juga selesai melakukan tindakan" akhirnya setelah sedikit dipaksa, mas Gav pun berhasil diamankan dengan tambahan 1 personel lagi yaitu Yangkung. Dalam proses itupun saya, melihat setelah kulitnya dibuka langsung kotorannya nampak keluar. Nah, itulah sebabnya mengapa seorang lelaki dalam islam harus khitan. Karena jika tidak maka bisa menyebabkan penyakit.
Khitan Dengan Banyak Drama Dan Tangis
LEGA.....itulah yang saya rasakan, ketika anak lelaki titipan Allah ini berhasil tersenyum dan mengucapkan "terimakasih ya Pak Agus, mas Vino sudah sunat" sembari tiduran dengan kedua tangannya menjadi alas kepalanya. Duh duh bocah ya.

Nah, mengingat suami ada di Tangerang dan saya bersama anak-anak ada di Malang. Jadilah kami ngobrol lewat HP dan suami pun langsung menginginkan adek Jo untuk khitan sekalian. Seperti anak tetangga di Tangerang yang juga dikhitan berbarengan antara kakak dan adeknya.

Akhirnya, ijin cuti dadakan pun diterima oleh suami dan pesawat penerbangan Sabtu paling pagi, berhasil membawanya beralih dari Jakarta ke Malang. Lagi-lagi Sabtu pun pak Agus harus datang dari rumahnya di daerah Tumpang ke rumah ortu saya di Karangploso, kabupaten Malang Jawa Timur. 

Drama tidak terjadi pada adek Jo, berbeda sekali dengan mas Gav yang mengalami ketakutan luar biasa melihat jarum suntik dan "teman-temannya" . Adek Jo si kecil berusia 6 tahun ini pun sudah memiliki keinginan besar untuk sunat. Dia ingin cepet sunat seperti teman-teman sebaya nya  yang ada di kompleks tempat tinggal kami di Tangerang. 
Lelaki kecil pemberani ini hanya menangis 2x  saat disuntik bius dan langsung diam begitu dilakukan tindakan pembedahan dan penjahitan. Cuma bedanya, kali ini batin saya lebih tenang karena ada suami yang ikut membantu menemani dan menghiburnya saat tindakan itu dimulai. 

Cukup kami bertiga saja yang menemaninya. Ada saya, suami dan pak Agus yang langsung praktek. Ada juga mas Gav yang ikut-ikutan membantu memfoto atau sekedar melihat bagaimana kemaren punya dia dieksekusi pak Agus 😂😂 Jadi, kesimpulan yang saya ambil dari Pak Agus sang mantri itu adalah : setiap orang berbeda-beda kadar keberaniannya. Semakin anak kita besar, semakin besar pula rasa takutnya atas peralatan "perang sunat". 

So, jika teman-teman memiliki si kecil yang sudah berani disunat, langsung saja ya mumpung dia mau dan siap dengan sendirinya. 

MERAYAKAN KEBAHAGIAAN
Tumpeng Yang Dibuat Sendiri Oleh Kakak Ipar, Disuguhkan Setelah Khitan
Setelah khitan, Yangkung pun berinisiatif membelikan celana dalam khitan yang memang didesain untuk anak sunat. Bentuknya seperti celana dalam pada umumnya, hanya saja di bagian tengahnya terdapat semacam tempurung penutup yang berbahan agak keras memiliki pori-pori dan berlubang untuk ventilasi udara keluar masuk. Membuat anak-anak lebih bebas beraktivitas tanpa terganggu jalannya. 

Harganya tidak mahal, hanya 28 ribu dengan berbagai ukuran yang disesuaikan dengan kebutuhan. Kalau mas Gav XL dan adek Jo si mungil M. Keduanya bisa main gadget dengan santai. Eitss tapi celana khitan ini tidak untuk dipakai seterusnya ya, cukup malam hari saja saat mereka tidur. 

Supaya ketika tidur, tidak tertekan oleh tubuhnya atau tersenggol guling. Secara pasti masih ngilu lah rasanya. Jangan lupa untuk dicuci ya setiap kali selesai dipakai, untuk menghindari kuman, keringat dan debu yang nempel saat digunakan. (sayang, saking ribetnya ngurusin 2 bocah yang khitan dan masih sakit, saya lupa motoin model celananya)

Bersama Teman-Teman Alumni MAN 3 Malang
Hari Sabtu malam, tasyakuran khitan pun dilaksanakan dengan mengundang tetangga sekitar. Dan hari Minggu tanggal 8 pun, saya sengaja mengundang teman-teman sekolah saja. Iyalah, karena saya asli Malang dan lahir disana. Otomatis teman - teman pun antusias saat saya meminta mereka datang memberikan doa restu. Sekaligus ajang reuni dong pastinya.


Bersama Teman-Teman Alumni SMP 16 Malang
Terimakasih ya, buat rekan-rekan yang sengaja saya undang dadakan H-3 sebelum acara. Maklum, kami pun merencanakan dan mempersiapkan semuanya juga mendadak xixi. Mulai dari keluarga besar dan keluarga suami. Juga teman-teman semasa saya masih ikutan karang taruna, teman SD, teman alumni SMP dan teman-teman SMA yang saya bedakan jam undangannya. Secara supaya tidak bentrok dong dan saya bisa fokus menemui dan menemani mereka. 

Oia, untuk merayakan acara sederhana ini, sengaja saya membuat backgroud foto yang saya pesan pada guru mas Gav saat dia masih TK. Murah meriah dan biar rame saja sih, tinggal memanfaatkan barang yang ada. Semoga insyaallah next bisa posting ya, info seputar backdrop murah meriah tapi meriah ini. Supaya teman-teman yang membutuhkan informasi bisa dapat info lengkapnya. 


Keluarga Besar Yang Menikmati Acara Sederhana Siang Hari Itu
Nah, karena tempat acara ini lumayan luas menurut saya, iyalah secara Yangti punya sekolah TK yang dikelolanya sendiri. Sehingga supaya tidak mubadzir juga bikin sehingga para tamu happy, sayapun sudah request juga sama orang tenda untuk sekalian menyiapkan proyektor dan 2 microfon tanpa kabel untuk para tamu supaya bebas berkaraoke dan bisa makan dengan santai menikmati acara sederhana saya kemaren. Caranya simple cukup dihubungkan dengan laptop yang terkoneksi dengan wifi rumah supaya bebas memilih lagu yang diinginkan. 


Ciehhh 2 Kakak Sepupu Cantik Yang Menikmati Karaoke
Alhamdulilah, di hari itu para tamu nampak senang dan gembira bisa ketemu satu sama lain dalam waktu yang sama. Bisa foto-foto bareng dan narsis di background murah meriah yang ala-ala Febri. Terimakasih buat semua yang sudah hadir buat mas Gav dan adek Jo. Mohon maaf atas segala kekurangan, dan minta doanya supaya keduanya jadi anak sholeh dan tumbuh dengan baik di jalan Allah. 

Sebenarnya, masih banyak yang harus saya tuliskan, Tapiiiii intinya yang penting moment penting dalam hidup mereka ini sudah saya abadikan di sini. Supaya saat mereka besar bisa baca curhatan "penting" bundanya ini huhuhu. Love u mas Gav dan Adek Jo, semoga tambah rajin ibadahnya dan nurut sama ortu. 

Bersama Teman-Teman Karang Taruna, Pertama Kali Ikut Organisasi



Komentar

Cerite si Mpo mengatakan…
Selamat sudah di sunat, makin rajin ya sholat nya, pesan eyang.

Untungnya pas liburan, jadi uang saweran bisa dibelikan sepatu baru
Febrianty mengatakan…
Iya makasih tante
nitalanaf mengatakan…
Waaa masya Allah, jadi khitan tanpa rencana ya. Mas Gav ye bikin sekeluarga pada heboh, haha... Mungkin ada cerita drama juga dari temen2nya yang bikin dia jadi takut banget. Si adek malah berani ya. Alhamdulillah moga Mas dan Adek makin sehat dan makin menjadi anak2 yang sholeh ya...
Febrianty mengatakan…
Alhamdulilah iya Miss, ga nyangka semuanya tanpa rencana. Tapi plong sih rasanya enak saat mereka berdua sudah khitan. Aamiin YRA, terimakasih doanya Miss
www.grandysofia.com mengatakan…
sunatnya berdua bisa barengan gini ya mbapepppp, semoga kakaknya dan mas Jo jadi anak yg makin soleh yaaaa.Masih corona tante blm main lagi nih k rumah wwkwk
Febrianty mengatakan…
Iya Te, disengajain barengan sekalian biar g punya tanggungan lagi hehe. Semoga corona segera berlalu ya biar bisa main main lagi
Anonim mengatakan…
Mbak... Itu pake undangan apa woro2 ya saya bingung anak mau sunat..mau undang temen sekolah dan tetangga tapi kalo pakai undangan meriah pake terop dll sedangkan dana seadanya apa saranya ya
Febrianty mengatakan…
Tanpa undangan fisik mbak, hanya undangan digital saja sekarang sudah cukup mewakili kog. Lebih baik biaya kita banyakin di makanan ketimbang undangan.